Senin, 04 Februari 2013

Mencintai Sahabat Nabi

Ceramah di Masjid At Taubah, 6 Januari 2013, oleh KH Dr Mohamad Hidayat MBA membahas kitab Minhaajul Muslim tentang Mencintai Sahabat Nabi. Sesungguhnya mencintai Sahabat Nabi itu adalah satu tanda iman kita dengan mengikuti perintah Nabi:
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra., ia berkata:
Antara Khalid bin Walid dan Abdurrahman bin Auf telah terjadi sesuatu lalu Khalid pun mencaci-makinya. Mendengar itu Rasulullah saw. lalu bersabda: Janganlah kamu mencaci-maki seorang pun dari para sahabatku. Sekalipun salah seorang kamu membelanjakan emas sebesar gunung Uhud, hal itu tidak dapat menandingi satu bahkan setengah mud (1 mud=543 gram) salah seorang mereka. (Shahih Muslim No.4611)
Sahabat Nabi yang paling utama adalah Khulafaur Rosyidin yang 4, yaitu: Abu Bakar, Umar, Usman, dan Ali. Abu Bakar disebut Ash Shiddiq karena beliau tetap percaya saat Nabi menceritakan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Yaitu Nabi pergi ke Masjidil Aqsho, kemudian naik hingga ke langit ke 7 dan kembali lagi ke Mekkah hanya dalam waktu semalam. Banyak ummat Islam yang murtad karenanya. Namun Abu Bakar berkata, bahkan jika lebih dari itu pun jika yang mengatakannya adalah Muhammad, aku percaya!
Hadis riwayat Abu Said Al-Khudri ra.:
Bahwa Rasulullah saw. pada satu hari berada di atas mimbar lalu beliau bersabda: Ada seorang hamba yang diberikan pilihan oleh Allah antara Allah akan memberinya kemewahan dunia atau memberi sesuatu yang ada di sisi-Nya. Ternyata hamba itu memilih sesuatu yang ada di sisi-Nya. Setelah itu Abu Bakar tampak menangis kemudian berkata: Kami bersedia menebus engkau dengan bapak dan ibu kami. Abu Said Al-Khudri ra. mengatakan: Rasulullah saw. lah hamba yang telah diberikan pilihan itu. Dan Abu Bakar sendiri yang memberitahukan hal itu kepada kami. Selanjutnya Rasulullah saw. bersabda: Sesungguhnya orang yang paling setia kepadaku baik dalam hartanya maupun dalam persahabatannya adalah Abu Bakar. Kalau saja aku boleh mengangkat seorang khalil (kekasih), niscaya aku akan memilih Abu Bakar sebagai kekasih. Akan tetapi dia adalah saudaraku di dalam Islam. Sungguh tidak akan diciptakan pada mesjid ini sebuah pintu kecil pun kecuali hal itu memang milik Abu Bakar. (Shahih Muslim No.4390)
Kemudian Umar disebut Al Faruq karena mampu membedakan yang haq dari yang batil. Nabi pernah berdoa kepada Allah agar salah satu dari 2 Umar masuk Islam dan memperkuat Islam. Alhamdulillah, Allah membuat Umar bin Khoththob sebagai satu pejuang Islam.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Rasulullah saw. beliau bersabda: Ketika tidur, tiba-tiba aku bermimpi melihat diriku berada di dalam surga dan menyaksikan seorang wanita sedang berwudu di samping sebuah istana. Aku lalu bertanya: Milik siapakah istana ini? Mereka menjawab: Milik Umar bin Khathab. Tiba-tiba saja aku teringat akan kecemburuan Umar. Maka aku pun pergi meninggalkan tempat itu. Lebih lanjut Abu Hurairah ra. mengatakan: Mendengar itu seketika Umar menangis sedang kami semua berada di majlis tersebut bersama Rasulullah saw. kemudian Umar berkata: Demi Allah, wahai Rasulullah, apakah kepada engkau aku cemburu?. (Shahih Muslim No.4409)
Ada pun Usman disebut juga dengan Dzu Nuroin mensedekahkan 1/3 hartanya sehingga amat membantu perjuangan Islam.
Hadis riwayat Abu Musa Al-Asy`ari ra., ia berkata:
Tatkala Rasulullah saw. berada dalam salah satu kebun Madinah sedang bersandar dengan menancapkan sebatang kayu antara air dan tanah tiba-tiba datang seseorang yang ingin menemui Rasulullah saw. Beliau bersabda kepada pelayan: Bukakanlah pintu dan sampaikan kepadanya kabar gembira dengan memasuki surga. Orang tersebut ternyata adalah Abu Bakar. Aku pun membukakannya dan menyampaikan kabar gembira tentang surga. Tak lama kemudian datang lagi seseorang minta dibukakan. Rasulullah saw. bersabda: Bukakanlah pintu dan sampaikan kabar gembira kepadanya mengenai surga. Aku beranjak dan ternyata orang tersebut adalah Umar. Aku pun membukakannya dan menyampaikan kabar gembira tentang surga. Kemudian datang lagi seseorang yang juga ingin dibukakan. Kemudian Rasulullah saw. duduk dan bersabda: Bukakanlah pintu dan sampaikanlah kabar gembira tentang surga dengan musibah yang akan menimpa. Aku pun pergi menemui orang itu, ternyata dia adalah Usman bin Affan. Aku bukakan pintu untuknya dan menyampaikan kepadanya berita gembira tentang surga. Usman lalu berkata: Ya Allah, (berilah) kesabaran atau Allah-lah Yang Maha Penolong. (Shahih Muslim No.4416)
Setelah itu Ali ra yang merupakan sepupu Nabi dan juga menantu Nabi. Nabi berkata: “Ana Madinatul ‘Ilm wa Aliyun Babuha” (Aku adalah kota Ilmu dan Ali adalah pintunya).
Hadis riwayat Saad bin Abu Waqqash ra., ia berkata:
Rasulullah saw. berkata kepada Ali bin Abu Thalib: Sesungguhnya kedudukanmu terhadapku adalah seperti kedudukan Harun terhadap Musa, hanya saja tidak ada seorang nabi pun sesudahku. (Shahih Muslim No.4418)
Hadis riwayat Salamah bin Akwa` ra., ia berkata:
Pada perang Khaibar, Ali bin Abu Thalib ra. telah tertinggal dari pasukan Nabi saw. karena terserang penyakit mata. Dia berkata: Aku tertinggal dari pasukan Rasulullah saw. Akhirnya Ali keluar menyusul Rasulullah saw. Pada waktu sore di mana keesokan paginya Allah memberikan kemenangan kepada pasukan Islam, Rasulullah saw. bersabda: Sungguh akan aku berikan bendera ini atau bendera ini akan dipegang besok oleh seorang yang dicintai Allah dan Rasul-Nya serta mencintai Allah dan Rasul-Nya. Mudah-mudahan saja Allah memberikan kemenangan padanya. Tiba-tiba kami bertemu dengan Ali dan hilanglah harapan kami untuk diberi bendera tersebut. Para sahabat berkata: Inilah Ali. Rasulullah saw. lalu memberikan bendera tersebut kepada Ali. Dan akhirnya Allah memberikan kemenangan padanya. (Shahih Muslim No.4424)
Karena politik banyak orang mencaci-maki Usman. Kelompok lain mencaci Ali dan cucu Nabi: Hasan dan Husein. Apa pun nama kelompoknya, jelas mereka semua tidak benar.
Setelah itu sahabat yang disebut Nabi sebagai penghuni surga seperti Tholhah bin Ubaidillah dan Zubair bin Al ‘Awwam. Keduanya adalah pengawal (body guard) Nabi yang senantiasa berada di kanan dan kiri Nabi. Mereka rela mengorbankan tubuh mereka sehingga kena panah dan tombak demi melindungi Nabi. Saat perang Uhud, ada 90 tusukan di tubuh Tholhah sehingga Nabi berkata bahwa dia sudah melihat Tholhah di surga.
Kemudian Sa’d bin Abi Waqosh yang merupakan Hafiz Al Qur’an dan memimpin 30 ribu pasukan Muslim pada perang Qodisiyah, Sa’id bin Zubair, Abu ‘Ubaidah ‘Aamir bin Al Jarooh, dan Abdurroham bin ‘Auf. Kemudian Ahli Badar (Para Mujahidin di Perang Badar), kemudian orang-orang yang diberitakan masuk surga seperti Fatimah Az Zahra (Puteri Nabi) dan kedua anaknya Hasan dan Husein, Tsabit bin Qais (Sekretaris Nabi), Bilal bin Robaah (Muazin Pertama). Kemudian Ahli Bay’atul Ridhwan yang berjumlah 1400 orang yang berjanji setia pada Nabi.
Hadis riwayat Abu Hurairah ra.:
Dari Nabi saw. bahwa sesungguhnya beliau pernah berdoa untuk Hasan: Ya Allah! Sesungguhnya aku sangat mencintainya, maka cintailah dia dan cintailah orang yang mencintainya. (Shahih Muslim No.4445)
Hadis riwayat Barra’ bin Azib ra. dia berkata:
Aku pernah menyaksikan Hasan bin Ali berada dalam pelukan Nabi saw., beliau berdoa: Ya Allah! Sesungguhnya aku sangat mencintainya, maka cintailah dia. (Shahih Muslim No.4447)
Karena perbedaan aliran/mazhab ada juga kelompok yang mencaci Sayyidina Hasan dan Husein. Padahal mereka adalah cucu kesayangan Nabi Muhammad. Apa pun nama kelompok itu, mereka itu salah.
“Bahwasanya orang-orang yang berjanji setia kepada kamu sesungguhnya mereka berjanji setia (Bai’atur Ridhwan) kepada Allah. Tangan Allah di atas tangan mereka, maka barangsiapa yang melanggar janjinya niscaya akibat ia melanggar janji itu akan menimpa dirinya sendiri dan barangsiapa menepati janjinya kepada Allah maka Allah akan memberinya pahala yang besar.” [Al Fath 10] 
Setelah itu adalah orang-orang saleh dari golongan Tabi’in (Anak Sahabat), dan cucu Sahabat (Tabi’it Tabi’in). Contoh dari Tabi’it Tabi’in adalah Imam Malik dan Imam Syafi’ie. Lewat merekalah ilmu Islam dari Nabi mengalir ke sahabat, ke Tabi’in, ke Tabi’it Tabi’in, dan seterusnya hingga sampai ke kita lewat guru-guru kita.
Hadis riwayat Abdullah bin Masud ra., ia berkata:
Rasulullah saw. bersabda: Sebaik-baik umatku adalah yang hidup pada kurun sahabatku, kemudian setelah kurun mereka (tabiin), kemudian setelah kurun mereka (tabiit tabiin). Kemudian akan datang suatu kaum di mana kesaksian salah seorang mereka mendahului sumpahnya dan sumpahnya mendahului kesaksiannya. (Shahih Muslim No.4599)

“Hai orang-orang yang beriman, barangsiapa di antara kamu yang murtad dari agamanya, maka kelak Allah akan mendatangkan suatu kaum yang Allah mencintai mereka dan merekapun mencintaiNya, yang bersikap lemah lembut terhadap orang yang mukmin, yang bersikap keras terhadap orang-orang kafir, yang berjihad dijalan Allah, dan yang tidak takut kepada celaan orang yang suka mencela. Itulah karunia Allah, diberikan-Nya kepada siapa yang dikehendaki-Nya, dan Allah Maha Luas (pemberian-Nya), lagi Maha Mengetahui.” [Al Maa-idah 54]
Muhammad itu adalah utusan Allah dan orang-orang yang bersama dengan dia adalah keras terhadap orang-orang kafir, tetapi berkasih sayang sesama mereka. Kamu lihat mereka ruku’ dan sujud mencari karunia Allah dan keridhaan-Nya, tanda-tanda mereka tampak pada muka mereka dari bekas sujud. Demikianlah sifat-sifat mereka dalam Taurat dan sifat-sifat mereka dalam Injil, yaitu seperti tanaman yang mengeluarkan tunasnya maka tunas itu menjadikan tanaman itu kuat lalu menjadi besarlah dia dan tegak lurus di atas pokoknya; tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir (dengan kekuatan orang-orang mukmin). Allah menjanjikan kepada orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal yang saleh di antara mereka ampunan dan pahala yang besar.” [Al Fath 29]
“Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama (masuk Islam) dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [At Taubah 100]
Keutamaan para sahabat yang tidak dimiliki oleh kita adalah, mereka bertemu langsung dengan Rasulullah. Mereka belajar langsung dari Nabi. Mereka ngobrol dengan Nabi. Mereka berjihad bersama Nabi saat yang lain masih kafir. Mereka mencintai Nabi dan Nabi mencintai mereka. Jadi tidak pantas bagi kita menghina salah satu dari mereka.
Jika ada yang memfitnah seorang sahabat di atas sebagai sesat, merekalah yang sesat. Jika mereka memfitnah kafir, maka merekalah yang kafir:
“Barangsiapa memanggil seseorang dengan kafir atau mengatakan kepadanya “hai musuh Allah”, padahal tidak demikian halnya, melainkan panggilan atau perkataannya itu akan kembali kepada dirinya”.[HR Muslim]

Tidak ada komentar:

Posting Komentar